Sejarah Kota Makkah, Pusat Peradaban Islam

Home

Sejarah Kota Makkah, Pusat Peradaban Islam

Sejarah Kota Makkah, Pusat Peradaban Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Makkah yang terletak di wilayah Hijaz, Arab Saudi adalah salah satu kota paling suci dan bersejarah di dunia Islam. Sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad saw, lokasi Ka’bah, dan pusat ibadah umat Islam, sejarah Kota Makkah memiliki perjalanan yang panjang dan mencerminkan dinamika keagamaan, budaya, serta politik. 

 

AsalUsul Kota Makkah

Sejarah Kota Makkah berawal dari masa kuno. Dalam tradisi Islam yang pertama kali menempati kota ini adalah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, sekitar 4.000 tahun lalu. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun Ka’bah yang menjadi pusat ibadah pertama bagi umat manusia.

 

Lokasi Makkah yang strategis di jalur perdagangan Arab menjadikannya pusat pertemuan para pedagang dari berbagai wilayah. Sebelum kedatangan Islam, Ka’bah juga berfungsi sebagai pusat spiritual bagi kaum Arab Jahiliyah yang menyembah berhala.

 

Makkah pada Masa Jahiliyah

Pada masa sebelum Islam, Makkah diperintah oleh suku Quraisy yang memiliki pengaruh besar di kawasan Hijaz. Suku Quraisy mengelola Ka’bah dan menjadikan Makkah sebagai pusat ritual keagamaan. Meskipun agama politeisme mendominasi, kehadiran Ka’bah sebagai situs suci menarik banyak peziarah dari berbagai wilayah sehingga memperkuat posisi ekonomi dan politik Makkah.

 

Era Kelahiran Nabi Muhammad saw

Tahun 570 M, Nabi Muhammad saw lahir di Makkah, menandai era baru dalam sejarah kota ini. Nabi Muhammad menerima wahyu pertama di Gua Hira yang terletak di sekitar Makkah pada tahun 610 M. Meskipun dakwah Islam awalnya ditentang oleh mayoritas penduduk Quraisy, ajaran Islam mulai menyebar hingga akhirnya mendapatkan dukungan dari penduduk luar Makkah.

 

Pembebasan Kota Makkah

Tahun 622 M, Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya hijrah ke Madinah untuk menghindari penganiayaan di Makkah. Namun, delapan tahun kemudian, pada tahun 630 M, Nabi Muhammad memimpin pembebasan Makkah (Fathu Makkah). Peristiwa ini menandai kemenangan Islam atas kaum Quraisy tanpa pertumpahan darah yang berarti. Setelah pembebasan, berhala-berhala di sekitar Ka’bah hancur dan Makkah ditetapkan sebagai pusat spiritual Islam.

 

Makkah dalam Sejarah Islam

Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, Makkah tetap menjadi pusat ibadah umat Islam. Setiap tahun, jutaan umat Islam dari seluruh dunia datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, salah satu dari lima rukun Islam. Kota ini juga menjadi saksi perubahan politik dalam sejarah Islam, termasuk masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan akhirnya kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah.

 

Pada abad ke-20, Makkah menjadi bagian dari Arab Saudi setelah penyatuan wilayah-wilayah di Semenanjung Arab oleh Raja Abdul Aziz Al-Saud. Sejak saat itu, pemerintah Saudi terus melakukan modernisasi infrastruktur Makkah untuk melayani jemaah haji dan umrah.

 

Transformasi Makkah Modern

Kini, Makkah adalah kota metropolitan yang memiliki fasilitas modern untuk mendukung jutaan jemaah setiap tahunnya. Proyek perluasan Masjidil Haram, termasuk pembangunan Menara Abraj Al-Bait menjadi simbol perkembangan kota ini. Meskipun begitu, Makkah tetap mempertahankan identitasnya sebagai kota suci dan pusat spiritual Islam.

 

Kesimpulannya, sejarah Kota Makkah adalah cerminan perjalanan peradaban Islam dari masa Nabi Ibrahim hingga era modern. Makkah tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga pusat ibadah yang menghubungkan umat Islam dari berbagai budaya dan bangsa. Dengan nilai spiritual dan historisnya, Makkah akan terus menjadi simbol persatuan dan kebesaran Islam sepanjang masa. (Dian Safitri)